Daftar Pahlawan Nasional yang Berjuang Meningkatkan Pendidikan Indonesia – Kemerdekaan Indonesia tidak lepas dari kedudukan pahlawan nasional yang memperjuangkan dunia pendidikan. Pahlawan pendidikan ini memiliki peran berbeda, tapi memiliki tujuan yang sama, antara lain lepas dari penjajahan, meningkatkan mutu pendidikan, dan meningkatkan kecerdasan masyarakat.
Pada saat ini, kemajuan dunia pendidikan Indonesia tentu tak terhindar dari orang-orang yang peduli akan pendidikan anak bangsa. Pejuang pendidikan mengerti kalau pendidikan adalah suatu kunci kemajuan bangsa. Lantas, siapa saja pahlawan Indonesia yang berjuang untuk pendidikan Indonesia? Berikut ada 6 pahlawan Indonesia di bidang pendidikan yang kami rangkum dari berbagai sumber.
Daftar Pahlawan Pendidikan Indonesia
1. Ki Hadjar Dewantara
Ki Hadjar Dewantara mempunyai nama asli Raden Mas Soewardi Soerjaningrat. Dia terlahir dari kalangan ningrat yang membuat dirinya mempunyai hak lebih di dunia pendidikan pada masa penjajahan Belanda. Dia dikenal menjadi Bapak Pendidikan Indonesia, karena ajaran yang dijelaskan masih digunakan sampai saat ini. Sama dengan Tut Wuri Handayani, Ing Madya Mangun Karsa, dan Ing Ngarso Sung Tuladha.
Ki Hadjar Dewantara sangat sadar, bahwa yang bisa melawan penjajahan Belanda ialah pendidikan. Menurutnya pendidikan akan menghasilkan generasi baru yang lebih sadar akan rasa kebangsaan. Kepedulian Ki Hadjar Dewantara serta pendidikan tidak perlu diragukan lagi, sehingga dia berhasil melahirkan Perguruan Nasional Taman Siswa, asal mula sistem pendidikan di Indonesia. Sampai akhirnya, Ki Hadjar Dewantara ditetapkan menjadi Pahlawan Nasional lewat Keppres No. 305 Tahun 1959.
2. Raden Ajeng Kartini
Raden Ajeng Kartini lahir di daerah Jepara pada 21 April 1879. Dia dikenal menjadi tokoh emansipasi wanita di Indonesia, karena memperjuangkan hak-hak wanita pribumi yang tidak memiliki kesetaraan dengan kaum pria. Lewat surat-surat yang ditulisnya dalam buku “Habis Gelap Terbitlah Terang”, Kartini berhasil mengupayakan hak perempuan Indonesia. Dengan begitu emansipasi, Kartini pun peduli kepada pendidikan perempuan Indonesia.
Namun, saat itu perempuan Indonesia tidak bisa mengharap bangku pendidikan. Kodratnya merupakan mengurus rumah tangga. Di akhir hayatnya, Kartini melaksanakan Sekolah Wanita di Rembang untuk wanita Indonesia, agar mereka bisa merasakan pendidikan. Atas perjuangan yang dilaksanakannya, lewat Keppres Nomor 108 Tahun 1964, Rajen Ajeng Kartini ditetapkan menjadi pahlawan nasional.
3. K.H. Hasyim Asy’ari
Hasyim Asy’ari juga sebagai pahlawan nasional yang berjuang lewat dunia pendidikan. Dia merupakan ulama dan pahlawan nasional yang lahir pada 14 Februari 1871. Hasyim Asy’ari adalah pemrakarsa berdirinya organisasi Nahdlatul Ulama (NU).
Baca Juga : Super Air Jet Membuka Loker Jadi Pramugari Minimal Lulusan SMA
Dia peduli kepada pendidikan, khususnya pendidikan untuk umat muslim. Selepas pulang menimba ilmu di Makkah pada 1899, dia membangun pesantren Tebu Ireng. Kini pesantren itu sebagai pesantren terbesar dan terpenting di Pulau Jawa pada abad ke-20. Atas perjuangannya, dia ditetapkan menjadi pahlawan nasional Indonesia.
4. K. H. Ahmad Dahlan
K.H Ahmad Dahlan lahir pada 1 AGustus 1868. Dia adalah tokoh islam yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Ahmad Dahlan dan Muhammadiyah adalah 2 hal yang tidak bisa dipisahkan. Karena, dia mendirikan organisasi Muhammadiyah untuk membangun pembaruan Islam di bidang pendidikan. Ahmad Dahlan kurang setuju dengan sistem pendidikan kolonialisme yang mengarah ke sekularisme dan westernisasi.
Berdasarkan dia, pendidikan Islam harus menuju pada usaha membentuk manusia muslim yang berbudi pekerti luhur, alim dalam agama, luas pandangan dan paham masalah ilmu keduniaan, dengan bersedia berjuang untuk kemajuan masyarakatnya. Ahmad Dahlan melibatkan pendidikan agama di sekolah yang didirikannya, yaitu Hooge School Muhammadiyah. Atas perjuangan Ahmad Dahlan, sudah banyak sekolah ataupun perguruan tinggi Muhammadiyah yang berdiri. Dengan jerih payah itu pun menerbitkan Ahmad Dahlan diberi gelar pahlawan nasional lewat SK Presiden No. 657 pada tahun 1961.